Membaca dan menulis adalah hal
yang tidak bisa dipisahkan. Menulis tanpa membaca rasanya nihil, karena apa
yang mau dituliskan, jika tidak memiliki wawasan atau informasi tertentu yang
akan ditulis. Begitu pula membaca tanpa menulis, rasanya sangat disayangkan.
Karena dengan menulis kita bisa membagikan informasi/wawasan yang kita miliki
untuk pembaca, pun memiliki sense yang tersendiri saat kita mampu
menuliskan sesuatu. Setuju?
Edisi
tim redaksi Ruang Karya berkesempatan mengenal lebih dekat seorang pustakawan
dari Perpustakaan SD Negri 11 Rantau Selatan. Hisyam Budi Handayani Siagian
atau yang lebih dikenal dengan sapaan Budi, memang salah satu petugas di SD
Negri 11 Rantau Selatan. Pustakawan ini juga aktif di salah satu komunitas
penulis, Forum Lingkar Pena (FLP) cabang Labuhan Batu sebagai ketua. Maka
seperti kopi dan gula, aktivitas sehari-hari sebagai pustakawan yang dekat
dengan buku dan aktif di komunitas penulis.
Meski
saat ini pandemi, aktivitas di perpustakaan tetap di buka, agar anak-anak tetap
bisa membaca buku dan mengerjakan tugas yang diberikan, tentu dengan protokol
kesehatan yang ditetapkan dan pengunjung yang dibatasi. Tentu ini merupakan
kegiatan positif, mengingat anak-anak masa kini lebih suka bermain gadget
daripada membaca buku.
Pria
kelahiran Tapian Nadenggan, 3 November ini juga aktif di organisasi lain, yaitu
Malam Puisi Rantau Prapat sebagai koordinator dan Orang Indonesia Labuhan Batu
di bidang seni. Pria penyuka kopi yang
kini konsen pada penulisan puisi, merasakan banyak manfaat dari membaca dan
menulis. “Banyak manfaat dari membaca dan menulis. Bagi saya itu sudah seperti
teman, saudara dan sahabat. Tinggal atur waktu aja mau yang mana dulu. Mau
mengunjungi teman yang mana, dengarkan curhat siapa, atau mencurahkan kepada
siapa,” papar suami dari Junita Siregar ini. Beberapa kalimatnya cukup unik di
dengar dan perlu sedikit pemahaman.
Mau
mengunjungi teman yang mana, memiliki makna, buku mana yang mau kita baca,
seperti kata pria yang juga petugas pengawas pemilu di daerah tempat tinggalnya
ini, buku adalah teman. Lalu dengarkan curhat siapa, nah siapa disini artinya
penulis. Mau baca karya penulis mana, karena memang tidak sedikit dari karya
yang dituliskan itu berdasarkan pengalaman/pemikiran dari sang penulis.
Terakhir mau mencurahkan kepada siapa, ini adalah bagian menulis. Kita mau
menulis dan tulisan itu ditujukan kepada siapa, tentu harus jelas, agar tepat
sasarannya. Gagasan-gagasan unik ini
lahir tentu tidak instan. Budi memang tekun melahap berbagai buku, karena
memang kesehariannya dekat dengan buku. Sebulan paling tidak meng-khatamkan 3
judul buku.
Ia
juga telah memiliki sebuah buku antologi yaitu Ruang Para Pelaku (Malam Puisi
Rantau Prapat) dan tengah menyelesaikan antologi lainnya. Ia dengan teman-teman
di komunitas FLP Labuhan Batu masih aktif untuk menulis salah satunya
bekerjasama dengan media online, kegiatan bedah buku juga mengikuti berbagai
lomba.
Lalu
bagaimana cara agar anak-anak dan remaja bisa akrab dengan buku? “Jadikan buku
sebagai teman, karena dengan adanya buku, itu adalah bukti kita tak
sendirian. Buku itu membuat imajinasi,
pikiran, indra penglihatan, pendengaran, peraba, semuanya bekerja. Nah, ketika
ingin membaca, berarti harus berani memberikan waktu kepada buku,” papar sulung
dari pasangan Hirmayandi Basuki Siagian dan Samsidar Daulay.
0 comments