Menulis sejatinya tidak hanya
untuk mereka yang memang memilih profesi sebagai penulis, tapi bisa dilakoni
oleh siapa pun. Asal memang mampu membagi waktu, tidak ada yang tidak mungkin
untuk dilakukan. Sejatinya, menulis bagi pegawai negeri ini sebagai media untuk
menyampaikan pemikiran-pemikiran kritisnya.
Roby, yang memiliki nama lengkap
Anugrah Roby Syahputra, masih tercatat sebagai salah satu pegawai di Direktorat
Jendral Bea dan Cukai Kementerian Keuangan. Lelaki kelahiran 13 Maret 1988 ini,
memang terkenal kritis menyikapi berbagai isu yang berkembang. Ayah dari 3 anak
ini memang sudah aktif menulis sejak di bangku SMA.
Suami dari Endhika Sri Syahfitri
ini sejak SMA memang gemar menulis. Ia pernah menjadi wakil Pemimpin Redaktur
dari majalah sekolah SMAN 1 Binjai, juga mengelola majalah Ad-Durra Rohis SMAN
1 Binjai. Puncaknya saat akan lulus SMA,
opininya dimuat di Rubrik Taman Remaja Pelajar Harian Analisa. Opini
tersebut bahkan berisi tanggapan terhadap opini penulis lain. Bakat kritis
memang sudah tampak dari pria kelahiran Binjai ini sejak belia.
Bercerita tentang prestasi,
banyak sekali prestasi yang sudah ditorehkan sulung dari pasangan Arwinsyah dan
Elys ini. Juara 1 Lomba Menulis Opini Saran untuk presiden (Inisiator.com, 2020), Juara 1 Lomba Menulis
Esai (Koperasi Dekopinda Labuhanbatu, 2020), duet menulis dalam buku motivasi
Gue Gak Cupu (2010), buku solo Married Because of Allah (2014), berbagai
antologinya yaitu Dilema Jemari (Duta
Damai Sumut, 2020), Yang Mengeram dari Yang Terpendam (Komunitas Sastra
Masyarakat Binjai, 2019), Sajadah (HSBI Medan, 2019), Kado Aksara untuk Bea
Cukai (CLIF, 2018), Seratus Puisi Qurani
(Parmusi, 2017), Antologi Puisi Festival Majapahit Triwulan (Dewan Kesenian Mojokerto, 2011), Antologi
Penyair Nusantara Musibah Gempa Padang (Al-Ghazali Kuala Lumpur, 2010) dan
berbagai prestasi menulis lainnya. Tulisannya juga pernah dimuat di media
nasional dan lokal yaitu Sabili, Tarbawi, Hidayatullah, Amanah, Analisa,
Waspada, Serambi Indonesia, Harian Aceh serta situs islamedia.com,
eramuslim.com, hidayatullah.com. tarbawia.com, acehinstitute.org dan
fimadani.com dan berbagai media lainnya.
Lalu apa target menulis yang
ingin dicapai penggemar Buya Hamka ini? “Ingin membuat buku namun banyak draft
yang belum tuntas, padahal sudah lama dikonsep. Ini cambuk bagi saya sendiri
sebenarnya. Beragam kesibukan kantor dan amanah organisasi terkadang membuat
lupa untuk menyelesaikan target dalam menyelesaikan buku,” papar pria berdarah
Melayu ini.
Saat mengalami bad mood
atau buntu dalam menulis, Roby pun menyiasatinya dengan dengan memberi waktu
jeda sejenak. Misal melakukan hal-hal yang menyenangkan seperti jalan-jalan
sore keliling kampung, jajan, dengar musik atau main sama anak. Dengan begitu tulisan tersebut bisa diendapkan sementara
dan pikiran juga lebih fresh sebelum kembali menyelesaikan tulisan yang
tertunda.
Kecintaannya menulis, juga ingin diwariskan kepada anak-anaknya dengan mengenalkan buku pada mereka, hingga membatasi mereka menonton atau menggunakan gadget. “Kami tidak pernah menyalakan TV di rumah, meski ada TV di rumah. Gadget juga dibatasi kecuali untuk membantu proses belajar anak selama daring. Kami juga menyiapkan anggaran untuk belanja buku anak. Alhamdulillah, sekarang Fatih dan Shafiyya senang membaca. Bahkan si bungsu Maryam juga antusias dengan buku.
Si sulung Fatih bisa membaca kritis, ia
langsung menanyakan berbagai hal jika mendapatkan informasi yang berbeda
tentang satu hal dari dua buku yang berbeda. Mana yang betul Yah? Kok bisa
lain,” ungkap Roby senang melihat antusias membaca anaknya yang cukup tinggi.
Budaya membaca memang harus ditanamkan sejak dini, orang tua pun harus
mendukung budaya tersebut dengan menyediakan buku untuk anak dan telaten
menghadapi rasa keingintahuan anak tentang berbagai hal. Mengurangi bahkan
membatasi intensitas anak dalam memakai gadget juga penting, agar anak tidak
mengalami ketergantungan pada gadget atau terkontaminasi dampak buruk internet.
0 comments