Judul:
Generasi Z
Penulis:
David Stillman dan Jonah Stillman
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama
Cetakan:
Keempat
Tahun
Terbit: 2019
ISBN:
978-602-03-7981-4
Peresensi: Evyta Ar
“Perkenalkan Gen Z. Yang terdepan sudah berusia dua puluh tahunan. Dengan jumlah sebesar 72,8 juta, Gen Z hadir di lingkungan kerja dan perusahaan, dan para pemimpin tidak bisa mengabaikan mereka. Jika tidak mengenal Gen Z, risikonya adalah kita akan memperlakukan mereka seperti generasi Millennial. Kesalahan besar, dan itu sudah kita lakukan sebelumnya” (David Stillman).
Keberadaan
generasi Milenial saat ini bukanlah sesuatu yang mengejutkan lagi. Memang,
beberapa tahun lalu, kita sempat dikejutkan dengan gelombang Milenial yang
banyak menyedot perhatian publik karena keunikan karakternya. Kehadiran mereka
di berbagai lini kehidupan sedikit banyak memberikan andil terhadap
perubahan-perubahan hingga menggiring dunia menuju era disrupsi.
Sebenarnya,
mulai dari Dr. Muhammad Faisal dengan buku Generasi Phi-nya hingga Yuswohady
dengan karya best seller-nya yang berjudul Millennials Kill Everything,
karakter dan pengaruh kaum Milenial terhadap keberlangsungan banyak aspek
keseharian kita sudah cukup lengkap dibahas. Namun sayangnya, boleh jadi
kesadaran tentang era disrupsi ini agak sedikit terlambat bagi sebagian orang.
Ada
banyak perusahaan yang harus gulung tikar karena tidak menyadari bahwa, di
sekitarnya, orang-orang mulai berubah. Gaya hidup berubah. Cara-cara lama sudah
tidak terlalu relevan lagi bagi generasi Milenial. Belum selesai dengan
keterkejutan hadirnya generasi Milenial serta efek disrupsinya, ternyata kita
sudah harus bersiap-siap menyambut sebuah generasi baru yang tak kalah uniknya
dengan Milenial, yakni Generasi Z.
Generasi
Z adalah label yang digunakan oleh David Stillman untuk menyebutkan nama
generasi yang lahir dalam rentang tahun 1995-2012 dengan umumnya orangtua
berasal dari generasi X. David sebagai Generasi X dan anaknya, Jonah Stillman,
yang berasal dari Generasi Z melakukan riset dan survey terhadap banyak anak
generasi Z dan orangtua generasi X di Amerika untuk menyusun buku ini.
Menurutnya, penting memahami karakter dari setiap generasi karena akan berpengaruh
sangat besar bagi proses kita menjalani kehidupan.
Selera,
kebiasaan, dan arah jalan hidup dari generasi Z terbentuk dari karakter
generasinya secara umum. Jika generasi Milenial kemudian berhasil menyebabkan
disrupsi di banyak lini kehidupan, maka Generasi Z mungkin akan menimbulkan
lompatan yang sangat jauh dibanding pendahulunya. Ini akan memengaruhi geliat
pendidikan, bisnis, dan ekonomi sebuah negara bahkan dunia.
Apakah
bisnis toko online konvensional masih relevan untuk Generasi Z? Apakah
proses perekrutan karyawan sebuah perusahaan masih membutuhkan wawancara dengan
cara-cara lama? Atau apakah konsep perguruan tinggi bagi Generasi Z masih
relevan seperti yang ada saat ini? Tak bisa kita pungkiri, keberadaan Generasi
Z akan menyebabkan banyak perusahaan dan pemilik bisnis untuk berpikir ulang
mengenai konsep bisnis yang akan mereka sesuaikan dengan karakter generasi ini.
Jika tidak, mereka harus bersiap-siap tertinggal, seperti Nokia yang tutup buku
akibat gelombang Android yang tak terbendung.
Lantas
seperti apa karakter atau sifat dari generasi ini? Pasangan ayah dan anak
Stillman memaparkan hasil riset mereka di buku ini secara gamblang.
Salah
satu sifat paling utama dari Generasi Z adalah figital, yakni dunia di mana
fisik dan digital sama linearnya, tidak ada batasan dan perbedaan. Bagi
generasi Z, dunia fisik adalah equivalen dengan digital, pun sebaliknya. Inilah
alasan mengapa saat ini terjadi fenomena maraknya influencer yang
mengangkat kehidupan sehari-harinya di dunia fisik ke ranah digital. Atau
ketika seorang pemimpin cukup melakukan rapat dengan karyawannya menggunakan
aplikasi konferensi daring (dalam jaringan).
Kalau
Milenial adalah generasi yang idealis, maka Generasi Z adalah mereka yang
realistis. Generasi ini juga sangat menyukai kustomisasi atau penyesuaian
identitas mereka. Personal branding yang dibangun tak hanya sebatas branding
standar yang pada umumnya dilakukan kebanyakan orang, melainkan lebih kompleks
daripada itu. Mau jabatan seperti apa, kuliah yang bagaimana, pekerjaan seperti
apa, mereka ingin menentukan sendiri keinginan mereka secara lugas.
Fear
of Missing Out atau takut melewatkan sesuatu adalah
sifat lain dari Gen Z. Mereka akan senantiasa terkoneksi dengan informasi dan
teman sehingga tidak tertinggal berita-berita terbaru.
Dalam
aspek ekonomi, Milenial memang sudah mulai mengusung sifat weconomist.
Contohnya penggunaan ojek online atau fasilitas-faslitas dengan konsep
ekonomi berbagi lainnya. Namun bagi Generasi Z, sifat weconomist ini
melebihi kebiasaan pendahulunya. Tidak hanya sebatas keseharian, tetapi juga di
dunia kerja tempat mereka akan memilih pekerjaan. Kontribusi sebuah perusahaan
terhadap masyarakat akan memengaruhi keputusan para Gen Z ini bekerja.
Ada
tujuh sifat utama yang dibahas David dan Jonah Stillman di dalam buku Generasi
Z ini yang akan membuka mata kita tentang bagaimana karakter sebuah generasi
akan memberikan pengaruh besar bagi perubahan dunia.
Pada
dasarnya, sifat-sifat ini muncul akibat dari kondisi yang terjadi pada
lingkungan dan masyarakat di mana Gen Z tumbuh dan berkembang. Pola asuh
orangtua Gen X, masa resesi, perang, kesulitan hidup, juga terjangan teknologi
yang tanpa batas akhirnya membentuk karakter generasi secara kolektif.
Buku
ini barangkali cukup berhasil menggambarkan keberadaan Generasi Z di
tengah-tengah kita. Hanya saja, Stillman menggunakan kondisi dan lingkungan di
Amerika sebagai dasar pijakan risetnya, sehingga ada sebagian aspek dari buku
ini belum sesuai dengan kondisi kita di Indonesia. Sebut sajalah tentang
tingkat pendidikan dan pemahaman penggunaan teknologi masyarakat kita. Jika
dibandingkan dengan Amerika, tentu masih sangat jauh berbeda. Meskipun
demikian, tetap saja buku yang ditulis berdasarkan pengalaman langsung
penulisnya akan memiliki nilai yang lebih baik sebagai sebuah rujukan.
Memahami
bagaimana Generasi Z berpikir dan bertindak akan menghantarkan banyak pihak
melakukan perubahan dan penyesuaian. Disrupsi adalah sebuah variabel dalam
bisnis. Seperti di dalam buku Who Moved My Cheese karya Spencer
Johnson, variabel-variabel perubahan tentunya akan memengaruhi sebuah
perusahaan mengambil keputusan.
“Jika
kita melihat bagaimana generasi mendidik anak, terdapa suatu pola. Suatu
generasi akan bereaksi terhadap cara generasi sebelumnya mendidik atau cara
mereka sendiri dibesarkan. Mereka akan menerapkan “praktik terbaik” yang sama,
tapi tentu saja meyakini bahwa ada suatu cara yang lebih baik.” (halaman 10)
Milenial
dan Generasi Z adalah dua generasi yang perlu kita pahami karakternya satu sama
lain. Dengan saling memahami, kedua generasi ini bisa bersinergi secara
maksimal di kehidupan. Tak perlu muncul konflik di dunia kerja. Tak perlu
saling menyalahkan karakter masing-masing di dunia pendidikan dan sosial. Bagi
para orang tua, memahami karakter generasi ini akan memudahkan pola pengasuhan
mereka.
Terlepas
dari lingkup geografi pembahasannya, secara umum, buku ini adalah salah satu
buku terbaik tentang Generasi Z yang patut kita baca.
Halo, Gen Z! Perkenalkan, Aku seorang Milenial. Senang berjumpa denganmu!
0 comments