SETELAH
KEMARIN
kini hanya ada air mata di tanah ini
anak-anak tak sekolah menerima gaji
jatah rakyat menjadi tuli
jalanan menjadi ramai sebab pandemi
setalah kemarin, lalu kita pergi
demikian halnya dengan pertiwi
hidup sebatas pandangan
dipaksakan menjadi tenang
bianglala berlari
semesta menahan rindu
singgahsana busuk
setelah kemarin, lalu mereka pergi
PANDEMI
RINDU
jarak bukan kematian,
ruang sela yang mengerang kesakitan
kamar disekat bersama daun kehidupan
perlahan ia gugur sebab kebosanan
pandemi rindu,
adalah vertikal waktu yang menjadi pilu
kalbu terasa sepi sebab cahaya tak bersinar
hanya ada raut wajah kumal
menanti tentang pertemuan
mengeja puisi menjadi doa
maaf, bukan merayu perihal asmara
pandemi rindu masih membelenggu
TANAH
KENANGAN
bayu berhembus membawa kenangan
ibu berdiri di bawah terik
sambil membawa cangkul
mengucapkan kesukaran
tanah kenangan berbau kasturi
bergelut dengan pikiran masa lampau
mengeja cerita yang penuh imaji
bermain dengan area diksi
Tentang Penulis Mhd Ikhsan Ritonga menulis cerpen dan puisi di beberapa media cetak
dan daring. Bergiat di Forum Lingkar Pena Medan. Buku antologi puisi tunggalnya
berjudul Setapak Jalan (guepedia, 2019).
0 comments