Ilustrasi
Musafir dan Tongkatnya
Jalan-jalan terasa lekat
Mencintainya dengan dada yang lengang
Salat diatas daun pisang
Puasa pada sepasang hari terlarang
Mengapa mereka sering terperangkap dalam pukat
Kejemawaan
Merengkuh izah tanpa membunuh congkah
Serupa tongkat yang bersandar pada tuannya?
Ia memang berjalan pada karpet ilahi
Memangkukan tubuhnya pada serambi pohon kehidupan
Dalam segala pencarian.
Ia memang lebih memilih ibu daripada kertas
Sebab ibu meminta tinta tuk menuliskan doa
Pada pintu-pintu langit.
-2020-
Tadarus Ibu
Purnama ingin memakai baju baru
Melantunkan syair-syair agung nun
Penuh dengan khidmat
Para lintang mengikuti langgam
Yang begitu serdam
Sementara, bulan hendak tadarus malam itu
Menuju majelis diiringi isak tangis
Air mata jatuh dan mengikis jejak langkah ibu
Seakan menghapus segala dosa anak-anaknya
-2020-
Panjang Umur untuk Dirimu dan Hal-Hal Baik
Tetap Utuh
Merangkai karangan doa-doa
Di serambi sepertiga malam
Serupa menganyam luka-luka masa silam
ketika rembulan dan gemintang bersujud
menyerukan langgam dzikir yang mengalir setiap detiknya
sedang malaikat menebar rizki
disaat kau terlelap dalam sebuah botol mimpi
Tak ada yang bisa mematahkan sepasang sayap-sayap indahmu
tetaplah terbang bersama burung-burung
melayang bersama layang-layang
tarik ulur segala angan-angan
sepanjang ruas jalan penuh
dengan bunga-bunga mawar
bianglala menyambut langkah pertamamu
dan lembayung senja menutup langkah terakhirmu
Semoga kembali pada pintu
Yang menjadikanmu tetap utuh dan tak mudah rapuh
Subang, 1 Juni 2020
Penulis: Syamsul Bahri
Share This :
Bagus puisinya sarat makna.
BalasHapus